By: Isna Abdul Aziz
Hendrik Suhengki
PERKEMBANGAN PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH
A.
Sejarah Pendidikan Muhammadiyah
Masa
awal berdirinya Muhammadiyah, lembaga-lembaga pendidikan yang ada dapat
dikelompokkan menjadi dua kelompok besar sistem pendidikan. Dua sistem pendidikan
yang berkembang saat itu, pertama adalah sistem pendidikan tradisional pribumi
yang diselenggarakan dalam pondok-pondok pesantren dengan Kurikulum seadanya.
Pada umumnya seluruh pelajaran di pondok-pondok adalah pelajaran agama. Proses
penanaman pendidikan pada sistem ini pada umumnya masih diselenggarakan secara
tradisional, dan secara pribadi oleh para guru atau kyai dengan menggunakan
metode srogan (murid secara individual menghadap kyai satu persatu dengan
membawa kitab yang akan dibacanya, kyai membacakan pelajaran, kemudian
menerjemahkan dan menerangkan maksudnya) dan weton (metode pengajaran secara
berkelompok dengan murid duduk bersimpuh mengelilingi kyai juga duduk bersimpuh
dan sang kyai menerangkan pelajaran dan murid menyimak pada buku masing-masing
atau dalam bahasa Arab disebut metode Halaqah) dalam pengajarannya. Dengan
metode ini aktivitas belajar hanya bersifat pasif, membuat catatan tanpa
pertanyaan, dan membantah terhadap penjelasan sang kyai adalah hal yang tabu.
Selain itu metode ini hanya mementingkan kemampuan daya hafal dan membaca tanpa
pengertian dan memperhitungkan daya nalar. Kedua adalah pendidikan sekuler yang
sepenuhnya dikelola oleh pemerintah kolonial dan pelajaran agama tidak
diberikan.
Maka atas dasar dua sistem pendidikan
di atas KHA. Dahlan kemudian dalam mendirikan lembaga pendidikan Muhammadiyah
coba menggabungkan hal-hal yang posistif dari dua sistem pendidikan tersebut.
KHA. Dahlan kemudian coba menggabungkan dua aspek yaitu, aspek yang berkenaan
secara idiologis dan praktis. Aspek idiologisnya yaitu mengacu kepada tujuan
pendidikan Muhammadiyah, yaitu utnuk membentuk manusia yang berakhlak mulia,
pengetahuan yang komprihensif, baik umum maupun agama, dan memiliki keasadaran
yang tinggi untuk bekerja membangun masyrakat (perkembangan filsafat dalam
pendidikan Muhmmadiyah, syhyan rasyidi). Sedangkan aspek praktisnya adalah
mengacu kepada metode belajar, organisasi sekolah mata pelajaran dan kurikulum
yang disesuaikan dengan teori modern. Maka inilah sejarah awal berdirinya
lembaga pendidikan Muhammadiyah yang jika disimpulkan ihwal berdirinya lembaga
pendidikan Muhammadiyah untuk mencetak ulama atau pemikir yang mengedepnkan
tajdid atau tanzih dalam setiap pemikiran dan gerakannya bukan ulama atau
pemikir yang say yespada kemapanan yang sudah ada (established) karena
KHA. Dahlan dalam memadukan dua sistem tersebut coba untuk menciptakan
ulama/pelajar yang dinamis dan kreatif serta penuh percaya diri dan taat dalam
menjalankan perintah agama.
B.
Perkembangan Pendidikan Muhammadiyah
Dalam rangka mengintegrasikan
kedua sistem pendidikan tersebut, Kyai Dahlan melakukan dua tindakan sekaligus;
memberi pelajaran agama di sekolah-sekolah Belanda yang sekuler, dan mendirikan
sekolah-sekolah sendiri di mana agama dan pengetahuan umum bersama-sama
diajarkan. Kedua tindakan itu sekarang sudah menjadi fenomena umum; yang
pertama sudah diakomodir negara dan yang kedua sudah banyak dilakukan oleh
yayasan pendidikan Islam lain. Namun, ide Kyai Dahlan tentang model pendidikan
integralistik yang mampu melahirkan muslim ulama-intelek masih terus dalam
proses pencarian. Sistem pendidikan integralistik inilah sebenarnya warisan
yang musti kita eksplorasi terus sesuai dengan konteks ruang dan waktu, masalah
teknik pendidikan bisa berubah sesau dengan perkembangan ilmu pendidikan atau
psikologi perkembangan.
Dalam konteks pencarian
pendidikan integralistik yang mampu memproduksi ulama-intelek-profesional,
gagasan Abdul Mukti Ali menarik disimak. Menurutnya, sistem pendidikan dan
pengajaran agama Islam di Indonesia ini yang paling baik adalah sistem
pendidikan yang mengikuti sistem pondok pesantren karena di dalamnya diresapi
dengan suasana keagamaan, sedangkan sistem pengajaran mengikuti sistem
madrasah/sekolah, jelasnya madrasah/sekolah dalam pondok pesantren adalah
bentuk sistem pengajaran dan pendidikan agama Islam yang terbaik. Dalam
semangat yang sama, belakangan ini sekolah-sekolah Islam tengah berpacu menuju
peningkatan mutu pendidikan. Salah satu model pendidikan terbaru adalah full day
school, sekolah sampai sore hari, tidak terkecuali di lingkungan Muhammadiyah.
Satu dekade terakhir ini
virus sekolah unggul benar-benar menjangkiti seluruh warga Muhammadiyah.
Lembaga pendidikan Muhammadiyah mulai Taman Kanak-kanak (TK) hingga Perguruan
Tinggi (PT) berpacu dan berlomba-lomba untuk meningkatkan kualitas pendidikan
untuk menuju pada kualifikasi sekolah unggul. Sekarang ini hampir di semua
daerah kabupaten atau kota terdapat sekolah unggul Muhammadiyah, terutama untuk
tingkat TK dan Sekolah Dasar. Sekolah yang dianggap unggul oleh masyarakat
sehingga mereka menyekolahkan anak-anak di situ pada umumnya ada dua tipe;
sekolah model konvensional tetapi memiliki mutu akademik yang tinggi, atau
sekolah model baru dengan menawarkan metode pembelajaran mutakhir yang lebih
interaktif sehingga memiliki daya panggil luas.
Perhatian dan komitmen
Muhammadiyah dalam bidang pendidikan tidak pernah surut, hal ini nampak dari
keputusan-keputusan persyarikatan yang dengan konsisten dalam setiap muktamar
(sebagai forum tertinggi persyarikatan Muhammadiyah) senantiasa ada agenda
pembahasan dan penetapan program lima tahunan bidang pendidikan, sejak
pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi. Dalam lima belas tahun terakhir
(tiga kali muktamar) dapat dilihat bahwa Muhammadiyah senantiasa memiliki
agenda yang jelas berkenaan dengan program pendidikan, keputusan-keputusan
dalam muktamar sebagaimana dapat kita lihat sebagai berikut:
Rincian program
bidang pendidikan
keputusan Muktamar 43 Banda Aceh;
1. Peningkatan kualitas
Pendidikan Dasar dan Menengah Muhammadiyah dilakukan dengan empat tema pokok,
yaitu pengembangan kualitas, pengembangan keunggulan, pengembangan kekhasan
program, dan pengembangan kelembagaan yang mandiri. Empat tema pokok ini
diimplementasikan dalam proses belajar mengajar agar secara terpadu merupakan
aktivitas alih pengetahuan, alih metoda dan alih nilai.
2. Menata kembali kurikulum
Pendidikan dasar dan Menengah Muhammadiyah pada semua jenjang dan jenis sekolah
Muhammadiyah yang meliputi pendidikan al-Islam Kemuhammadiyahan dan
sebagai kekhasan sekolah Muhammadiyah, spesifikasi setiap wilayah sesuai
kebutuhan dan kondisi setempat, pendidikan budaya dan seni yang bernafas Islam.
3. Menyusun peta Nasional
Pendidikan Muhammadiyah yang memuat spesifikasi tiap wilayah/daerah, agar
didapatkan relevansi pendidikan dengan kebutuhan masyarakat setempat.
4. Merespon secara positif
pengembangan “sekolah unggulan” dengan tetap mengembangkan kekhasan pendidikan
Muhammadiyah, terutama dalam pengembangan kurikulum dan proses belajar
mengajar, sehingga misi pendidikan Muhammadiyah tetap terlaksana.
5. Dalam pengembangan Perguruan
Tinggi Muhammadiyah (PTM), penyelenggaraan pendidikan diorientasikan kepada
peningkatan kompetensi lulusan yang elastis dan antisipatif terhadap tuntutan
dan kebutuhan masa depan, yang meliputi kompetensi akademik, kompetensi
professional, kompetensi menghadapi perubahan, kompetensi kecendekiaan dan
kompetensi iman dan taqwa.
6. Mengarahkan program PTM untuk
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang relevan dengan kebutuhan
masyarakat dan kebutuhan masa depan.
7. Qaidah pendidikan dasar dan
menengah serta qaidah PTM perlu disempurnakan, sesuai dengan perkembangan
tuntutan masyarakat.
8. Koordinasi dan
pengawasan pelaksanaan qaidah pendidikan dasar dan menengah serta
perguruan tinggi perlu ditingkatkan.
9. Meningkatkan dan memantapkan
kerjasama antara Majlis Dikdasmen dan Majlis Dikti.
10. Mengupayakan beasiswa
Muhammadiyah bagi para siswa dan atau mahasiswa yang berprestasi.
11. Melalui amal usaha pendidikan
meningkatkan kualitas kader-kader ulama yang tersebar diseluruh pelosok
Indonesia.
12. Mengembangkan berbagai
lembaga pendidikan khusus seperti pesantren dan madrasah diniyah, taman
pendidikan al-Qur’an, serta taman kanak-kanak al-Qur’an. Penanganan pondok
pesantren dan madrasah menjadi tanggungjawab dan wewenang dari Majlis
Dikdasmen.
Rencana Strategis Pendidikan
Muhammadiyah
Membangun kekuatan Muhammadiyah dalam bidang pendidikan dan
pengembangan sumber daya insani, ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), dan
eksplorasi aspek-aspek kehidupan yang bercirikan Islam, sehingga mampu menjadi
alternatif kemajuan dan keunggulan di tingkat nasional atau regional.
Garis Besar program
pendidikan muhammadiyah:
1. Membangun system informasi
kekuatan Sumber Daya Insani (SDI) Muhammadiyah dalam bidang Iptek.
2. Menyusun road map
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Muhammadiyah.
3. Memobilisasi kekuatan
Muhammadiyah dalam bidang Iptek melalui pusat-pusat keunggulan yang berbasis
lembaga pendidikan Muhammadiyah.
4. Membangun cetak biru (blue
print) pendidikan Muhammadiyah untuk menjawab ketertinggalan pendidikan
Muhammadiyah selama ini, dan sebagai langkah antisipasi bagi masa depan
pendidikan yang lebih kompleks.
5. Menegaskan posisi dan
implementasi nilai Islam, Kemuhammadiyahan dan kaderisasi dalam seluruh system
pendidikan Muhammadiyah.
6. Mempercepat proses
pengembangan institusi perndidikan Muhammdiyah sebagai pusat keunggulan dengan
menyusun standar mutu.
7. Menjadikan mutu sebagai
tujuan utama bagi seluruh usaha pengembangan amal usaha pendidikan
Muhammadiyah.
8. Mengintegrasikan pengembangan
amal usaha pendidikan Muhammadiyah dengan program pengembangan masyarakat.
9. Menyusun system pendidikan
Muhammadiyah yang berbasis al-Qur’an dan sunnah.
10. Mengembangkan program-program
penelitian dan pengembangan di bidang pendidikan, ilmu pengetahuan dan
teknologi dan berbagai aspek kehidupan yang penting dan strategis sebagai basis
bagi pengambilan kebijakan dan pengembangan kemajuan persyarikatan.
11. Mengembangkan jaringan dan
kerjasama lembaga-lembaga serta pusat-pusat penelitian dan pengembangan di
lingkungan persyarikatan.
Keputusan setiap
Muktamar berkenaan dengan program pendidikan bukan hanya sekedar daftar
keinginan, akan tetapi program-program tersebut merupakan bentuk komitmen
persyarikan Muhammadiyah dalam dunia pendidikan dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, keputusan-keputusan muktamar berkenaan dengan bidang
pendidikan tersebut menggambarkan betapa Muhammadiyah menjadikan lembaga
pendidikan sebagai pilar yang strategis dalam mendukung tujuan Muhammadiyah.
Program-program tersebut juga mencerminkan dinamika pendidikan yang dikelola
oleh persyarikatan Muhammadiyah.