Minggu, 06 Januari 2013

Tugas II


By: Isna Abdul Aziz
Hendrik Suhengki
PERKEMBANGAN PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH

A.    Sejarah  Pendidikan Muhammadiyah
Masa awal berdirinya Muhammadiyah, lembaga-lembaga pendidikan yang ada dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok besar sistem pendidikan. Dua sistem pendidikan yang berkembang saat itu, pertama adalah sistem pendidikan tradisional pribumi yang diselenggarakan dalam pondok-pondok pesantren dengan Kurikulum seadanya. Pada umumnya seluruh pelajaran di pondok-pondok adalah pelajaran agama. Proses penanaman pendidikan pada sistem ini pada umumnya masih diselenggarakan secara tradisional, dan secara pribadi oleh para guru atau kyai dengan menggunakan metode srogan (murid secara individual menghadap kyai satu persatu dengan membawa kitab yang akan dibacanya, kyai membacakan pelajaran, kemudian menerjemahkan dan menerangkan maksudnya) dan weton (metode pengajaran secara berkelompok dengan murid duduk bersimpuh mengelilingi kyai juga duduk bersimpuh dan sang kyai menerangkan pelajaran dan murid menyimak pada buku masing-masing atau dalam bahasa Arab disebut metode Halaqah) dalam pengajarannya. Dengan metode ini aktivitas belajar hanya bersifat pasif,  membuat catatan tanpa pertanyaan, dan membantah terhadap penjelasan sang kyai adalah hal yang tabu. Selain itu metode ini hanya mementingkan kemampuan daya hafal dan membaca tanpa pengertian dan memperhitungkan daya nalar. Kedua adalah pendidikan sekuler yang sepenuhnya dikelola oleh pemerintah kolonial dan pelajaran agama tidak diberikan.

Maka atas dasar dua sistem pendidikan di atas KHA. Dahlan kemudian dalam mendirikan lembaga pendidikan Muhammadiyah coba menggabungkan hal-hal yang posistif dari dua sistem pendidikan tersebut. KHA. Dahlan kemudian coba menggabungkan dua aspek yaitu, aspek yang berkenaan secara idiologis dan praktis. Aspek idiologisnya yaitu mengacu kepada tujuan pendidikan Muhammadiyah, yaitu utnuk membentuk manusia yang berakhlak mulia, pengetahuan yang komprihensif, baik umum maupun agama, dan memiliki keasadaran yang tinggi untuk bekerja membangun masyrakat (perkembangan filsafat dalam pendidikan Muhmmadiyah, syhyan rasyidi). Sedangkan aspek praktisnya adalah mengacu kepada metode belajar, organisasi sekolah mata pelajaran dan kurikulum yang disesuaikan dengan teori modern. Maka inilah sejarah awal berdirinya lembaga pendidikan Muhammadiyah yang jika disimpulkan ihwal berdirinya lembaga pendidikan Muhammadiyah untuk mencetak ulama atau pemikir yang mengedepnkan tajdid atau tanzih dalam setiap pemikiran dan gerakannya bukan ulama atau pemikir yang say yespada kemapanan yang sudah ada (established) karena KHA. Dahlan dalam memadukan dua sistem tersebut coba untuk menciptakan ulama/pelajar yang dinamis dan kreatif serta penuh percaya diri dan taat dalam menjalankan perintah agama.

B.     Perkembangan Pendidikan Muhammadiyah
Dalam rangka mengintegrasikan kedua sistem pendidikan tersebut, Kyai Dahlan melakukan dua tindakan sekaligus; memberi pelajaran agama di sekolah-sekolah Belanda yang sekuler, dan mendirikan sekolah-sekolah sendiri di mana agama dan pengetahuan umum bersama-sama diajarkan. Kedua tindakan itu sekarang sudah menjadi fenomena umum; yang pertama sudah diakomodir negara dan yang kedua sudah banyak dilakukan oleh yayasan pendidikan Islam lain. Namun, ide Kyai Dahlan tentang model pendidikan integralistik yang mampu melahirkan muslim ulama-intelek masih terus dalam proses pencarian. Sistem pendidikan integralistik inilah sebenarnya warisan yang musti kita eksplorasi terus sesuai dengan konteks ruang dan waktu, masalah teknik pendidikan bisa berubah sesau dengan perkembangan ilmu pendidikan atau psikologi perkembangan.
Dalam konteks pencarian pendidikan integralistik yang mampu memproduksi ulama-intelek-profesional, gagasan Abdul Mukti Ali menarik disimak. Menurutnya, sistem pendidikan dan pengajaran agama Islam di Indonesia ini yang paling baik adalah sistem pendidikan yang mengikuti sistem pondok pesantren karena di dalamnya diresapi dengan suasana keagamaan, sedangkan sistem pengajaran mengikuti sistem madrasah/sekolah, jelasnya madrasah/sekolah dalam pondok pesantren adalah bentuk sistem pengajaran dan pendidikan agama Islam yang terbaik.  Dalam semangat yang sama, belakangan ini sekolah-sekolah Islam tengah berpacu menuju peningkatan mutu pendidikan. Salah satu model pendidikan terbaru adalah full day school, sekolah sampai sore hari, tidak terkecuali di lingkungan Muhammadiyah.
Satu dekade terakhir ini virus sekolah unggul benar-benar menjangkiti seluruh warga Muhammadiyah. Lembaga pendidikan Muhammadiyah mulai Taman Kanak-kanak (TK) hingga Perguruan Tinggi (PT) berpacu dan berlomba-lomba untuk meningkatkan kualitas pendidikan untuk menuju pada kualifikasi sekolah unggul. Sekarang ini hampir di semua daerah kabupaten atau kota terdapat sekolah unggul Muhammadiyah, terutama untuk tingkat TK dan Sekolah Dasar. Sekolah yang dianggap unggul oleh masyarakat sehingga mereka menyekolahkan anak-anak di situ pada umumnya ada dua tipe; sekolah model konvensional tetapi memiliki mutu akademik yang tinggi, atau sekolah model baru dengan menawarkan metode pembelajaran mutakhir yang lebih interaktif sehingga memiliki daya panggil luas.
Perhatian dan komitmen Muhammadiyah dalam bidang pendidikan tidak pernah surut, hal ini nampak dari keputusan-keputusan persyarikatan yang dengan konsisten dalam setiap muktamar (sebagai forum tertinggi persyarikatan Muhammadiyah) senantiasa ada agenda pembahasan dan penetapan program lima tahunan bidang pendidikan, sejak pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi. Dalam lima belas tahun terakhir (tiga kali muktamar) dapat dilihat bahwa  Muhammadiyah senantiasa memiliki agenda yang jelas berkenaan dengan program pendidikan, keputusan-keputusan dalam muktamar sebagaimana dapat kita lihat sebagai berikut:
Rincian program bidang pendidikan keputusan Muktamar 43 Banda  Aceh;
1.      Peningkatan kualitas Pendidikan Dasar dan Menengah Muhammadiyah dilakukan dengan empat tema pokok, yaitu pengembangan kualitas, pengembangan keunggulan, pengembangan kekhasan program, dan pengembangan kelembagaan yang mandiri. Empat tema pokok ini diimplementasikan dalam proses belajar mengajar agar secara terpadu merupakan aktivitas alih pengetahuan, alih metoda dan alih nilai.
2.      Menata kembali kurikulum Pendidikan dasar dan Menengah Muhammadiyah pada semua jenjang dan jenis sekolah Muhammadiyah yang meliputi pendidikan al-Islam Kemuhammadiyahan  dan sebagai kekhasan sekolah Muhammadiyah, spesifikasi setiap wilayah sesuai kebutuhan dan kondisi setempat, pendidikan budaya dan seni yang bernafas Islam.
3.      Menyusun peta Nasional Pendidikan Muhammadiyah  yang memuat spesifikasi tiap wilayah/daerah, agar didapatkan relevansi pendidikan  dengan kebutuhan masyarakat setempat.
4.      Merespon secara positif pengembangan “sekolah unggulan” dengan tetap mengembangkan kekhasan pendidikan Muhammadiyah, terutama dalam pengembangan kurikulum dan proses  belajar mengajar, sehingga misi pendidikan Muhammadiyah tetap terlaksana.
5.      Dalam pengembangan Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM), penyelenggaraan pendidikan diorientasikan kepada peningkatan kompetensi lulusan yang elastis dan antisipatif terhadap tuntutan dan kebutuhan masa depan, yang meliputi kompetensi akademik, kompetensi professional, kompetensi menghadapi perubahan, kompetensi kecendekiaan dan kompetensi iman dan taqwa.
6.      Mengarahkan program PTM untuk penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang relevan dengan kebutuhan masyarakat dan kebutuhan masa depan.
7.      Qaidah pendidikan dasar dan menengah serta qaidah  PTM perlu disempurnakan, sesuai dengan perkembangan tuntutan masyarakat.
8.      Koordinasi dan pengawasan  pelaksanaan qaidah pendidikan dasar dan menengah serta perguruan tinggi perlu ditingkatkan.
9.      Meningkatkan dan memantapkan kerjasama antara Majlis Dikdasmen dan Majlis Dikti.
10.  Mengupayakan beasiswa Muhammadiyah bagi para siswa dan atau mahasiswa yang berprestasi.
11.  Melalui amal usaha pendidikan meningkatkan kualitas kader-kader ulama yang tersebar diseluruh pelosok Indonesia.
12.  Mengembangkan berbagai lembaga pendidikan khusus seperti pesantren  dan madrasah diniyah, taman pendidikan al-Qur’an, serta taman kanak-kanak al-Qur’an. Penanganan pondok pesantren dan madrasah menjadi tanggungjawab dan wewenang dari Majlis Dikdasmen.
Rencana Strategis Pendidikan Muhammadiyah
Membangun kekuatan Muhammadiyah dalam bidang pendidikan dan pengembangan sumber daya insani, ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), dan eksplorasi aspek-aspek kehidupan yang bercirikan Islam, sehingga mampu menjadi alternatif kemajuan dan keunggulan di tingkat nasional atau regional.
Garis Besar program pendidikan muhammadiyah:
1.      Membangun system informasi kekuatan Sumber Daya Insani (SDI) Muhammadiyah dalam bidang Iptek.
2.      Menyusun road map pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Muhammadiyah.
3.      Memobilisasi kekuatan Muhammadiyah dalam bidang Iptek melalui pusat-pusat keunggulan yang berbasis lembaga pendidikan Muhammadiyah.
4.      Membangun cetak biru (blue print) pendidikan Muhammadiyah untuk menjawab ketertinggalan pendidikan Muhammadiyah selama ini, dan sebagai langkah antisipasi bagi masa depan pendidikan yang lebih kompleks.
5.      Menegaskan posisi dan implementasi nilai Islam, Kemuhammadiyahan dan kaderisasi dalam seluruh system pendidikan Muhammadiyah.
6.      Mempercepat proses pengembangan institusi perndidikan Muhammdiyah sebagai pusat keunggulan dengan menyusun standar mutu.
7.      Menjadikan mutu sebagai tujuan utama bagi seluruh usaha pengembangan amal usaha pendidikan Muhammadiyah.
8.      Mengintegrasikan pengembangan amal usaha pendidikan Muhammadiyah dengan program pengembangan masyarakat.
9.      Menyusun system pendidikan Muhammadiyah yang berbasis al-Qur’an dan sunnah.
10.  Mengembangkan program-program penelitian dan pengembangan di bidang pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi dan berbagai aspek kehidupan yang penting dan strategis sebagai basis bagi pengambilan kebijakan dan pengembangan kemajuan persyarikatan.
11.  Mengembangkan jaringan dan kerjasama lembaga-lembaga serta pusat-pusat penelitian dan pengembangan di lingkungan persyarikatan.

Keputusan setiap Muktamar berkenaan dengan program pendidikan bukan hanya sekedar daftar keinginan, akan tetapi program-program tersebut merupakan bentuk komitmen persyarikan Muhammadiyah dalam dunia pendidikan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, keputusan-keputusan muktamar berkenaan dengan bidang pendidikan tersebut menggambarkan betapa Muhammadiyah menjadikan lembaga pendidikan sebagai pilar yang strategis dalam mendukung tujuan Muhammadiyah. Program-program tersebut juga mencerminkan dinamika pendidikan yang dikelola oleh persyarikatan Muhammadiyah.


Tugas


By: Tri Putra
Isna Abdul Aziz
PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA

A.     Pendidikan Islam Zaman Kerajaan Islam
1.      Berawal dari Kerajaan Samudera Pasai
Dilaporkan oleh Ibn Batutah dalam bukunya Rihlah Ibn Batutah bahwa ketika ia berkunjung ke Samudera Pasai pada tahun 1354 ia mengikuti raja mengadakan halaqah setelah jumat sampai waktu ashar. Dari keterangan itu diduga kerajaan Samudera Pasai ketika itu sudah merupakan pusat agama Islam dan tempat berkumpul ulama-ulama dari bebagai Negara Islam untuk berdiskusi tentang masalah-malah keagamaan dan keduniaan sekaligus.
Dengan demikian, Samudera Pasai merupakan tempat studi Islam yang paling tua dilakukan sebuah kerajaan. Sedangkan halaqah sudah dilakukan oleh pedagang-pedagang islam di pelabuhan-pelabuhan. Proses halaqah ajaran islam dikerajaaan islam diduga dilakukan di mesjid istana bagi anak-anak pembesar Negara., di mesjid-mesjid lain, mengaji dirumah-rumah guru dan surau-surau untuk masyarakat umum. Dari halaqah semacam itu keudian berkembang menjad lembaga pendidikan.

2.      Kerajaan Malaka
Setelah kerajaan samudera Pasai mengalami kemunduran di bidang politik munculah Kerajaan Malaka yang kemudian menjadi pusat politik. ketika Kerajaan Islam Malaka muncul menjadi pusat politik, maka berkembang juga pusat studi islam. Akan tetapi peran Samudera Pasai dalam bidang keilmuan agama karena seringnya kerajaan Malaka meminta bantuan fatwa pada ulama-ulama Samudera Pasai.
Mata pelajaran pendidikan yang diberikan di lembaga-lembaga pendidikan Islam dibagi menjadi dua tingkatan :
a.       Tingkat dasar terdiri atas pelajaran membaca, menulis, bahasa Arab, pengajian Alquran, dan ibadah praktis.
b.      Tigkat yang lbih tinggi dengan materi-materi ilmu fiqih, tasawuf, ilmu kalam dan lain sebagainya.
3.      Kerajaan Aceh Darussalam
Aceh hingga kini dikenal sebagai “serambi mekkah”. Karena kemajuan pesat lembaga pendidikan Islam. Dahulunya banyak ulama-ulama besar hadir yang belajar di kerajaan ini. yang kemudian berjasa mendirikan lembaga-lembaga pendidikan islam seperti dayah berkemang jadi semacam perguruan tinggi.  

B.     Pendidikan Islam pada Zaman Penjajahan
1.      Zaman Belanda
Awalnya pendidikan Islam dibiarkan saja tetap diajarkan, namun lambat laun mereka mengubah ajaran sedikit demi sedikit. Belanda mulai berusaha menghilangkan pengaruh islam, dimulai dari daerah yang dikuasai yaitu Yogya dan Surakarta. Setelah itu mereka menyingkirkan jabatan gubernur dan membinasakan organisasi-organisasi islam resmi.
Kemudian hadirlah sekolah-sekolah Belanda sebagai ganti pendidikan baru, namun hal ini menjadi perhatian besar para ulama dan santri karena pendidikan itu enjadi penitrasi kebudayaan barat yang akan melahirkan intelektual pribumi sekular dan menjadikan umat islam jauh dari agamanya.
VOC telah mendirikan sekolah pertama kali di Ambon pada tahun 1607. Tujuan dari didirikannya sekolah ini tidak lepas dari semangat keberagamaan orang-orang Belanda yang Protestan berhadapan dengan paham keagamaan Katolik yang dianut oleh Portugis.
Tujuan utama mendirikan sekolah-sekolah ini adalah untuk melenyapkan agama Katolik dengan menyebarkan Protestan.
Di Jakarta, sekolah pertama yang didirikan pada 1617, tahun 1636 sudah menjadi 3 sekolah. Tujuan sekolah ini didirikan untuk mencetak tenaga kerja yang komponen pada VOC.
JUMLAH GURU, SEKOLAH DAN MURID

No.
Lokasi
Guru
Sekolah
Murid
1
Ternate
5
2
54
2
Makyan
1
1
12
3
Batsyan
1
1
12
4
Celebes
7
6
220
5
Tagulanda
3
2
148
6
Syaw (kep. Sangir)
4
4
263
7
Sangir
12
11
319
8
Ciburuang (Kaburang=Kaburuan) di Kep. Talaud
1
2
29

Jumlah
34
29
1.057

Dalam bidang pendidikan agama pemerintah Hindia Belanda, mempunyai sikap netral terhadap pendidikan agama di sekolah-sekolah umum, ini dinyatakan dalam pasal 179 (2) I.S (Indische Staatsregeling) dan dalam beberapa ordonansi yang secara singkatnya sebagai berikut :
Pengajaran umum adalah netral, artinya bahwa pengajaran itu diberikan dengan menghormati keyakinan agama hanya boleh diluar jam sekolah.

2.      Zaman Jepang
Jepang menjajah Indonesia setelah mengalahkan Belanda dalam Perang Dunia II pada tahun 1942 dengan semboyan Asia timur Raya atau Asia untuk Asia.
 Pada awalnya pemerintahan Jepang seolah-olah membela kepentingan Islam sebagai siasat untuk memenangkan perang. Untuk menarik perhatian rakyat Indonesia, pemerintah Jepang membolehkan didirikannya sekolah-sekolah agama dan pesantren-pesantren yang terbeba     s dari pengawasan Jepang. Padahal semua itu dilakukan agar kekuatan umat Islam dan nasionalis bisa diarahkan untuk kepentingan memenangkan perang yang dipimpin Jepang.
Namun pada kenyataannya pada zaman ini pendidikan mengalami penurunan dibandingkan dengan jajahan Hindia-belanda
Untuk memudahkan pengawasan dalam hal pendidikan pemerintah Jepang menetapkan bahwa sekolah dasar menjadi sekolah dasar enam tahun, namun ternyata hal tersebut menjadi keuntungan bagi Indonesia sendiri karena menghapuskan diskriminasi.

3.      Zaman Kemerdekaan
Setelah merdeka pendidikan Islam mulai mendapat kedudukan yang sangat penting dalam sistem pendidikan nasional. Selain itu pendidikan agama disekolah juga mendapat tempat yang teratur, seksama dan penuh perhatian. Untuk itu terbentuklah Departement Agama pada tanggal 3 Desember 1946 yang bertugas mengurusi penyelenggaraan pendidikan agama di sekolah umum dan madrasah serta pesantren-pesantren.
Pendidikan islam setahap demi setahap mengalami kemajuan, pesantren juga dahulu menolak moderenitas sudah mulai beradaptasi dengan tuntutan zaman. Bahkan, kini pesantren mengadakan madrasah dan sekolah umum.
Sekolah agama, termasuk madrasah, diterapkan sebagai model dan sumber pendidikan Nasional yang berdasarkan Undang Undang Dasar 1945.
Berikut beberapa tingkatan sekolah agama yang sistemnya sama dngan sekolah-sekolah umum.
a.       Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) setingkat SD lama belajar selama 6 tahun
b.      Madrasah Tsanawiayah Negeri (MTsN) setingkat SMP lama belajar 3 tahun
c.       Madrasah Aliyah Negeri (MAN) setingkat SMA lama belajar 3 tahun
Perkembangan pendidikan Islam terus berkembang dan meningkat hal ini dengan hadirnya juga Perguruan Tinggi Islam. Hingga kini kita dapat menikmati pendidikan Islam di Indonesia dengan berbagai macam—macam lembaga dari sekolah dasar hingga ke perguruan tinggi.