Minggu, 28 Oktober 2012

EVALUASI PENDIDIKAN ISLAM



CREATIF  : TRI PUTRA


A.    Pengertian, Tujuan, dan Fungsi Evaluasi Pendidikan Islam
1.      Pengertian Evaluasi Pendidikan Islam
Secara harfiah evaluasi berasal dari bahasa Inggris, evaluation, yang berarti penilaian dan penaksiran.Dalam bahasa Arab, dijumpai istilah imtihân, yang berarti ujian, dan khataman yang berarti cara menilai hasil akhir dari proses kegiatan.
Sedangkan secara istilah, ada beberapa pendapat, namun pada dasarnya sama, hanya berbeda dalam redaksinya saja. Oemar Hamalik mengartikan evaluasi sebagai suatu proses penaksiran terhadap kemajuan, pertumbuhan, dan perkembangan peserta didik untuk tujuan pendidikan.Sementara Abudin Nata menyatakan bahwa evaluasi sebagai proses membandingkan situasi yang ada dengan kriteria tertentu dalam rangka mendapatkan informasi dan menggunakannya untuk menyusun penilaian dalam rangka membuat keputusan.
Adapun M. Chabib Thoha, mengutarakan bahwa evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan objek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan.
Jadi dengan evaluasi diperoleh informasi dan kesimpulan tentang keberhasilan suatu kegiatan, dan kemudian kita dapat menentukan alternatif dan keputusan untuk tindakan berikutnya.
Evaluasi pendidikan Islam adalah suatu kegiatan untuk menentukan taraf kemajuan suatu aktivitas di dalam pendidikan Islam.Program evaluasi ini diterapkan dalam rangka mengetahui tingkat keberhasilan seorang pendidik dalam menyampaikan materi pelajaran, menemukan kelemahan-kelemahan yang dilakukan, baik berkaitan dengan materi, metode, fasilitas dan sebagainya.
Oleh karena itu, yang dimaksud evaluasi dalam pendidikan Islam adalah pengambilan sejumlah keputusan yang berkaitan dengan pendidikan Islam guna melihat sejauhmana keberhasilan pendidikan yang selaras dengan nilai-nilai Islam sebagai tujuan dari pendidikan Islam itu sendiri.
Jadi evaluasi pendidikan Islam yaitu kegiatan penilaian terhadap tingkah laku peserta didik dari keseluruhan aspek mental-psikologis dan spiritual religius dalam pendidikan Islam, dalam hal ini tentunya yang menjadi tolak ukur adalah al-Qur’an dan al-Hadits. Dengan pelaksanaan evaluasi ini bukan hanya pendidik juga keseluruhan aspek/unsur pendidikan Islam
2.      Tujuan dan Fungsi Evaluasi Pendidikan Islam
Tujuan program evaluasi adalah mengetahui kader pemahaman anak didik terhadap materi terhadap materi pelajaran, melatih keberanian dan mengajak anak didik untuk mengingat kembali materi yang telah diberikan. Selain itu, program evaluasi bertujuan mengetahui siapa diantara anak didik yang cerdas dan yang lemah, sehingga naik tingkat, kelas maupun tamat. Tujuan evaluasi bukan anak didik saja, tetapi bertujuan mengevaluasi pendidik, yaitu sejauh mana pendidikan bersungguh-sungguh dalam menjalankan tugasnya untuk mencapai tujuan pendidikan Islam.
Dalam pendidikan Islam, tujuan evaluasi lebih ditekankan pada penguasaan sikap (afektif dan psikomotor) ketimbang asfek kognitif. Penekanan ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan peserta didik yang secara besarnya meliputi empat hal, yaitu :
a.       Sikap dan pengalaman terhadap hubungan pribadinya dengan Tuhannya.
b.      Sikap dan pengalaman terhadap arti hubungan dirinya dengan masyarakat.
c.       Sikap dan pengalaman terhadap arti hubungan kehidupannya dengan alam sekitarnya.
d.      Sikap dan pandangan terhadap diri sendiri selaku hamba Allah, anggota masyarakat, serta khalifah Allah SWT.
Menurut Muchtar Buchari M. Eb, mengemukakan, ada dua tujuan evaluasi :
1.      Untuk mengetahui kemajuan belajar peserta didik setelah menyadari pendidikan selama jangka waktu tertentu.
2.      Untuk mengetahui tingkah efisien metode pendidikan yang dipergunakan dalam jangka waktu tertentu.
Fungsi evaluasi adalah membantu anak didik agar ia dapat mengubah atau mengembangkan tingkah lakunya secara sadar, serta memberi bantuan kepadanya cara meraih suatu kepuasan bila berbuat sebagaimana mestinya. Di samping itu fungsi evaluasi juga dapat membantu seorang pendidik dalam mempertimbangkan adeqvate (baik tidaknya) metode mengajar, serta membantu mempertimbangkan administrasinya.
Menurut A. Tabrani Rusyan dan kawan-kawan, mengatakan bahwa evaluasi mempunyai beberapa fungsi, yaitu :
1.      Untuk mengetahui tercapainya tidaknya tujuan instruksional secara komprehensif yang meliputi aspek pengetahuan, sikap dan tingkah laku.
2.      Sebagai umpan balik yang berguna bagi tindakan berikutnya dimana segi-segi yang sudah dapat dicapai lebih ditingkatkan lagi dan segi-segi yang dapat merugikan sebanyak mungkin dihindari.
3.      Bagi pendidik, evaluasi berguna untuk mengatur keberhasilan proses belajar mengajar bagi peserta didik berguna untuk mengetahui bahan pelajaran yang diberikan dan di kuasai, dan bagi masyarakat untuk mengetahui berhasil atau tidaknya program-program yang dilaksanakan.
4.      Untuk memberikan umpan balik kepada guru sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan mengadakan program remedial bagi murid.
5.      Untuk menentukan angka kemajuan atau hasil belajar.
6.      Untuk menempatkan murid dalam situasi belajar mengajar yang tepat.
7.      Untuk mengenal latar belakang murid yang mengalami kesulitan-kesulitan belajar.

B.     Prinsip-prinsip Evaluasi Pendidikan Islam
Evaluasi merupakan penilaian tentang suatu aspek yang dihubungkan dengan situasi aspek lainnya, sehingga diperoleh gambaran yang menyeluruh jika ditinjau dari beberapa segi. Oleh karena itu dalam melaksanakan evaluasi harus memperhatikan berbagai prinsip antara lain :
1. Prinsip Kesinambungan (kontinuitas)
Dalam ajaran Islam, sangat memperhatikan prinsip kontinuitas, karena dengan berpegang pada prinsip ini, keputusan yang diambil oleh seseorang menjadi valid dan stabil (Q.S. 46 : 13-14).
2. Prinsip Menyeluruh (komprehensif)
Prinsip yang melihat semua aspek, meliputi kepribadian, ketajaman hafalan, pemahaman ketulusan, kerajinan, sikap kerjasama, tanggung jawab (Q.S. 99 : 7-8).
3. Prinsip Objektivitas
Dalam mengevaluasi berdasarkan kenyataan yang sebenarnya, tidak boleh dipengaharui oleh hal-hal yang bersifat emosional dan irasional.
Allah SWT memerintahkan agar seseorang berlaku adil dalam mengevaluasi. Jangan karena kebencian menjadikan ketidak objektifan evaluasi yang dilakukan (Q.S. : 8), Nabi SAW pernah bersabda : “Andai kata Fatimah binti Muhammad itu mencuri, niscaya aku tidak segan-segan untuk memotong kedua tangannya”.
Demikian pula halnya dengan Umar bin Khottob yang mencambuk anaknya karena ia berbuat zina. Prinsip ini dapat ditetapkan bila penyelenggarakan pendidikan mempunyai sifat sidiq, jujur, ikhlas, ta’awun, ramah, dan lainnya.

C.    Sistem Evaluasi Dalam Pendidikan Islam
Sistem evaluasi dalam pendidikan Islam mengaku pada sistem evaluasi yang digariskan oleh Allah SWT, dalam al-Qur’an dan di jabarkan dalam as-Sunnah, yang dilakukan Rasulullah dalam proses pembinaan risalah Islamiyah.
Secara umum sistem evaluasi pendidikan sebagai berikut :
1. Untuk menguji daya kemampuan manusia beriman terhadap berbagai macam problema kehidupan yang dihadapi (Q.S. Al-Baqarah/ 2 : 155).
2. Untuk mengetahui sejauh mana atau sampai dimana hasil pendidikan wahyu yang telah diaplikasikan Rasulullah saw kepada umatnya (QS. An Naml/27:40).
3. Untuk menentukan klasifikasi atau tingkat hidup keislaman atau keimanan seseorang, seperti pengevaluasian Allah terhadap nabi Ibrahim yang menyembelih Ismail putra yang dicintainya (QS. Ash Shaaffat/37:103-107).
4. Untuk mengukur daya kognisi, hafalan manusia dan pelajaran yang telah diberikan kepadanya, seperti pengevaluasian terhadap nabi Adam tentang asma-asma yang diajarkan Allah kepadanya dihadapan para malaikat (QS. Al-Baqarah/2:31).
5. Memberikan semacam tabsyir (berita gembira) bagi yang beraktifitas baik, dan memberikan semacam ‘iqab (siksa) bagi mereka yang berakltifitas buruk (QS. Az Zalzalah/99:7-8).
6. Allah SWT dalam mengevaluasi hamba-Nya, tanpa memandang formalitas (penampilan), tetapi memandang subtansi dibalik tindakan hamba-hamba tersebut (QS. Al Hajj/22:37).
7. Allah SWT memerintahkan agar berlaku adil dalam mengevaluasi sesuatu, jangan karena kebencian menjadikan ketidak objektifan evaluasi yang dilakukan (QS. Al Maidah/5:8).
D.    Cara Pelaksanaan Evaluasi Pendidikan islam
Menurut Abdul Mujib dkk, cara dan  evaluasi adalah:
1.      Bagaimana cara mengetahui kadar pemahaman peserta didik terhadap materi pelajaran, melatih keberanian, dan mengajak peserta didik. Tujuanya untuk mengingat kembali materi yang telah diberikan, dan mengetahui tingkat perubahan perilakunya.
2.      Bagaimana cara mengetahui siapa diantara peserta didik yang cerdas dan yang lemah, sehingga yang lemah diberi perhatian khusus agar ia dapat mengejar kekurangannya.
3.      Bagaimana cara mengumpulkan informasi yang tujuanya dapat dipergunakan sebagai dasar untuk mengadakan pengecekan yang sistematis terhadap hasil pendidikan yang telah dicapai untuk kemudian dibandingkan dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
E.     Jenis-jenis Evaluasi Pendidikan Dalam Islam
Jenis-jenis evaluasi yang dapat diterapkan dalam pendidikan Islam adalah:
1. Evaluasi Formatif, yaitu penilaian untuk mengetahui hasil belajar yang dicapai oleh para peserta didik setelah menyelesaikan satuan program pembelajaran (kompetensi dasar) pada mata pelajaran tertentu.Jenis ini diterapkan berdasarkan asumsi bahwa manusia memiliki banyak kelemahan seperti tercantum dalam QS. An-Nisa: 28
“Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan bersifat lemah”.
Dan pada mulanya tidak mengetahui apa-apa, tercantum dalam QS. An-Nahl: 78, sehingga pengetahuan, ketrampilan, dan sikap itu tidak dibiasakan.
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”.
Untuk itu Allah Swt menganjurkan agar manusia berkonsentrasi pada suatu informasi yang didalami sampai tuntas, mulai proses pencarian, (belajar mengajar) sampai pada tahap pengevaluasian. Setelah informasi itu dikuasai dengan sempurna, ia dapat beralih pada informasi yang lain, tercantum dalam QS. Al-Insyirah: 7-8
“Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap”.
a. Fungsi, yaitu untuk memperbaiki proses pembelajaran ke arah yang lebih baik dan efisien atau memperbaiki satuan/rencana pembelajaran.
b. Tujuan, yaitu untuk mengetahui penguasaan peserta didik tentang materi yang diajarkan dalam satu satuan/rencana pembelajaran.
c. Aspek yang dinilai, terletak pada penilaian normatif yaitu hasil kemajuan belajar peserta didik yang meliputi: pengetahuan, keterampilan dan sikap terhadap materi ajar PAI yang disajikan.
d. Waktu pelaksanaan : akhir kegiatan pembelajaran dalam satu satuan/rencana pembelajaran.
2. Evaluasi Sumatif, yaitu evaluasi yang dilakukan terhadap hasil belajar peserta didik setelah mengikuti pelajaran dalam satu semester dan akhir tahun untuk menentukan jenjang berikutnya, seperti tercantum dalam QS. Al-Insyiqaq: 19
Sesungguhnya kamu melalui tingkat demi tingkat (dalam kehidupan)
QS. Al-Qamar: 49
“Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.”
a. Fungsi, yaitu untuk mengetahui angka atau nilai peserta didik setelah mengikuti program pembelajaran dalam satu catur wulan, semester atau akhir tahun.
b. Tujuan, untuk mengetahui hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik setelah mengikuti program pembelajaran dalam satu catur wulan, semester atau akhir tahunpada setiap mata pelajaran (PAI) pada satu satuan pendidikan tertentu.
c. Aspek-aspek yang dinilai, yaitu kemajuan hasil belajar meliputi pengetahuan, ketrampilan, sikap dan penguasaan peserta didik tentang mata pelajaran yang diberikan.
d. Waktu pelaksanaan, yaitu setelah selesai mengikuti program pembelajaran selama satu catur wulan, semester atau akhir tahun pembelajaran pada setiap mata pelajaran (PAI) pada satu tingkat satuan pendidikan.
3. Evaluasi penempatan (placement), yaitu evaluasi tentang peserta didik untuk kepentingan penempatan di dalam situasi belajar yang sesuai dengan kondisi peserta didik.
a. Fungsi, yaitu untuk mengetahui keadaan peserta didik termasuk keadaan seluruh pribadinya, sehingga peserta didik tersebut dapat ditempatkan pada posisi sesuai dengan potensi dan kapasitas dirinya.
b. Tujuan, yaitu untuk menempatkan peserta didik pada tempat yang sebenarnya, berdasarkan bakat, minat, kemampuan, kesanggupan, serta keadaan diri peserta didik sehingga peserta didik tidak mengalami hambatan yang berarti dalam mengikuti pelajaran atau setiap program bahan yang disajikan guru.
c. Aspek-aspek yang dinilai, meliputi keadaan fisik, bakat, kemampuan, pengetahuan, pengalaman keterampilan, sikap dan aspek lain yang dianggap perlu bagi kepentingan pendidikan peserta didik selanjutnya.
d. Waktu pelaksanaan, sebaiknya dilaksanakan sebelum peserta didik menempati/menduduki kelas tertentu, bisa sewaktu penerimaan murid baru atau setelah naik kelas.
4. Evaluasi Diagnostik, yaitu evaluasi yang dilakukan terhadap hasil penganalisaan tentang keadaan belajar peserta didik, baik merupakan kesulitan-kesulitan maupun hambatan-hambatan yang ditemui dalam situasi belajar mengajar.
a. Fungsi, yaitu untuk mengetahui masalah-masalah yang diderita atau mengganggu peserta didik, sehingga peserta didik mengalani kesulitan, hambatan atau gangguan ketika mengikuti program pembelajaran dalam satu mata pelajaran tertentu (PAI). Sehingga kesulitan peserta didik tersebut dapat diusahakan pemecahannya.
b. Tujuan, yaitu untuk membantu kesulitan atau mengetahui hambatan yang dialami peserta didik waktu mengikuti kegiatan pembelajaran pada satu mata pelajaran tertentu (PAI) atau keseluruhan program pembelajaran.
c. Aspek-aspek yang dinilai, meliputi hasil belajar, latar belakang kehidupannya, serta semua aspek yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran.
d. Waktu pelaksanaan, disesuaikan dengan keperluan pembinaan dari suatu lembaga pendidikan, dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan para peserta didiknya.
       C. Sifat, Macam-Macam dan Teknik Evaluasi Pendidikan Islam
Secara umum, proses pengembangan penyajian,pemanfaatan dan tekhnik evaluasi belajar dapat digambarkan dalam langkah-langkah berikut:
1. Penentuan Tujuan Evaluasi
2. Penyususnan Kisi-kisi soal
3. Telaah atau review dan revisi soal
4. Uji Coba (try out)
5. Penyusunan soal
6. Penyajian tes
7. Scorsing
8. Pengolahan hasil tes
9. Pelaporan hasil tes
10. Pemanfaatan hasil tes







DAFTAR PUSTAKA
Abdul Mujib & Jusuf Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam,Jakarta: Kencana, 2008.
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008.
Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005.
Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010.
Abudin Nata, Manajemen Pendidikan, Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: Prenada Media Group, 2008.
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, Jakarta: Bumi Aksara, 2009.
M. Chabib Thaha, Tehnik-tehnik Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo, 1990
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta:Kalam Mulia, 2008.
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 1990.


PENDIDIKAN ISLAM


CREATIF : TRI PUTRA

A. Pengertian Metode Pendidikan Islam
Dalam bab ini kita akan membahas tentang pengertian Metode Pendidikan Islam. Dimana setiap kata akan kita bahas satu persatu yaitu: metode, Pendidikan, Pendidikan Islam, Metode Pendidikan, Dan metode Pendidikan Islam. Tujuannya agar pembaca lebih memahami secara mendalam tentang Metode Pendidikan Islam ini.

1. Pengertian Metode
Kata metode berasal dari bahasa Greek (Yunani) yang terdiri dari kata "meta" yang berarti melalui, dan kata "hodos" yang berarti jalan. Jadi metode berarti jalan yang dilalui. Runes, sebagaimana yang dikutip oleh Muhammad Noor Syam, secara teknis menerangkan bahwa metode adalah :
a.       Suatu prosedur yang dipakai untuk mencapai suatu tujuan.
b.      Suatu teknik mengetahui yang dipakai dalam proses mencari ilmu pengetahuan dari suatu materi tertentu.
c.       Suatu ilmu yang merumuskan aturan-aturan dari suatu prosedur.

Selain itu ada pula yang mengatakan bahwa metode adalah suatu sarana untuk menemukan, menguji, dan menyusun data yang diperlukan bagi pengembangan. Ada lagi pendapat yang mengatakan bahwa metode sebenarnya berarti jalan untuk mencapai tujuan. Jalan untuk mencapai tujuan itu bermakna ditempatkan pada posisinya sebagai cara untuk menemukan, menguji, dan menyusun data yang diperlukan bagi pengembangan ilmu atau tersistematisasikannya suatu pemikiran.
Dalam bahasa Arab metode diungkapkan dalam berbagai kata. Terkadang digunakan kata al-thariqah, Manhaj, dan al-Wasilah. Al-thariqah berarti jalan, Manhaj berarti sistem, dan al-Wasilah berarti perantara atau mediator. Dengan demikian, kata arab yang dekat dengan arti metode adalah Al-thariqah. Kata-kata serupa ini banyak dijumpai dalam al-Qur'an menurut Muhammad Fuad Abd al-Baqi didalam al-Qur'an kata al-Thariqah diulang sebanyak sembilan kali. Kata ini terkadang dihubungkan dengan objeknya yang dituju oleh al-Thariqah seperti neraka, sehingga jalan menuju neraka (Q.S 4:169) terkadang dihubungkan dengan sifat dari jalan tersebut, seperti al-Thariqah al-Mustaqimah yang diartikan jalan yang lurus (Q.S. 46:30).
2.   Pengertian Pendidikan Islam
Setelah kita membahas tentang metode, selanjutnya kita akan membahas tentang pendidikan Islam. Tetapi terlebih dahulu kita akan membahas tentang pendidikan. Banyak para pakar pendidikan yang mendefinisikan pendidikan secara berbeda-beda tetapi pada intinya sama.
Beberapa ahli pendidikan di Barat yang memberikan arti pendidikan sebagai proses antara lain: Menurut Mortimer J. Adler mengartikan pendidikan adalah proses dengan mana semua kemampuan manusia (bakat dan kemampuan yang diperoleh) yang dapat dipengaruhi oleh pembiasaan, disempurnakan dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik melalui sarana yang secara artistik dibuat dan dipakai oleh siapapun untuk membantu orang lain atau dirinya sendiri mencapai tujuan yang ditetapkan yaitu kebiasaan yang baik.
Menurut Prof. Sugarda Purbakawaca, dalam "Ensiklopedi Pendidikan"nya, memberikan pengertian pendidikan, sebagai berikut: "Pendidikan dalam arti luas meliputi semua perbuatan dan usaha dari generasi tua untuk mengalihkan pengetahuannya, pengalamannya, kecakapannya serta ketrampilannya (orang menamakan ini juga "mengalihkan" kebudayaan, dalam bahasa Belanda: Cultuurover dracht) kepada generasi muda sebagai usaha menyiapkannya agar dapat memenuhi fungsi hidupnya baik jasmani maupun rohani."
Setelah membahas Pendidikan selanjutnya kita akan memaparkan tentang pendidikan Islam. Berikut ini adalah beberapa pengertian Pendidikan Islam secara terminologi yang diformulasikan oleh para ahli Pendidikan Islam, diantaranya adalah:
a.       Menurut al-Syaibaniy mengemukakan bahwa pendidikan Islam adalah proses mengubah tingkah laku individu peserta didik pada kehidupan pribadi, masyarakat, dan alam sekitarnya. Proses tersebut dilakukan dengan cara pendidikan dan pengajaran sebagai suatu aktifitas asasi dan profesi diantara sekian banyak profesi asasi dalam masyarakat.
b.      Menurut Muhammad Fadhil al-Jamaly, mendefinisikan pendidikan Islam sebagai upaya mengembangkan, mendorong serta mengajak peserta didik hidup lebih dinamis dengan berdasarkan nilai-nilai yang tinggi dan kehidupan yang mulia. Dengan proses tersebut, diharapkan bisa membentuk pribadi peserta didik yang lebih sempurna, baik yang berkaitan dengan potensi akal, perasaan, maupun perbuatannya.
c.       Ahmad D. Marimba mengemukakan bahwa pendidikan Islam adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju terbentuknya kepribadiannya yang utama (insan kamil).
d.      Ahmad Tafsir mendefinisikan Pendidikan Islam sebagai bimbingan yang diberikan oleh seseorang, agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam.

Dari batasan diatas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam adalah suatu sistem yang memungkinkan seseorang (peserta didik) dapat mengarahkan kehidupannya sesuai dengan ideologi Islam. Melalui pendekatan ini, ia akan dapat dengan mudah membentuk kehidupan dirinya sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam yang diyakininya.

3. Metode Pendidikan Islam
Dari beberapa pengertian yang diformulasikan oleh para pakar diatas tentang pengertian Metode dan Pendidikan Islam. Kita dapat menyimpulkan tentang pengertian Metode Pendidikan. Seperti yang dikemukakan oleh al-Syaibaniy yaitu, segala segi kegiatan yang terarah yang dikerjakan oleh guru dalam rangka kemestian-kemestian mata pelajaran yang diajarkannya, ciri-ciri perkembangan peserta didiknya, dan suasana alam sekitarnya dan tujuan membimbing peserta didik untuk mencapai proses belajar yang diinginkan dan perubahan yang dikehendaki pada tingkah laku mereka.
Ahmad Tafsir secara umum membatasi bahwa metode pendidikan adalah semua cara yang digunakan dalam upaya mendidik. Kemudian Abdul Munir Mulkan, mengemukakan bahwa metode Pendidikan adalah suatu cara yang dipergunakan untuk menyampaikan atau mentransformasikan isi atau bahan pendidikan kepada anak didik.
Selanjutnya jika kata metode tersebut dikaitkan dengan pendidikan Islam, dapat membawa arti sebagai jalan untuk menanamkan pengetahuan agama pada diri seseorang sehingga dapat terlihat dalam pribadi objek sasaran, yaitu pribadi Islami. Selain itu metode pendidikan Islam dapat diartikan sebagai cara untuk memahami, manggali, dan mengembangkan ajaran Islam, sehingga terus berkembang sesuai dengan perkembangan zaman.

B. Tujuan, Tugas dan Fungsi Metode Pendidikan Islam
Pendidikan dalam proses pendidikan islam tidak hanya dituntut untuk menguasai sejumlah materi yang akan diberikan kepada peserta didiknya, tetapi ia harus menguasai berbagai metode dan teknik pendidikan guna kelangsungan transformasi dan internalisasi mata pelajaran. Hal ini karena metode dan teknik pendidikan islam tidak sama dengan metode dan teknik pendidikan yang lainnya.
Tujuan diadakan metode adalah menjadikan proses dan hasil belajar mengajar ajaran islam lebih berdaya guna dan  berhasil guna dan menimbulkan kesadaran peserta didik untuk mengamalkan ketentuan ajaran islam melalui teknik motivasi yang menimbulkan gairah belajar peserta didik secara mantap. Uraian itu menunjukkan bahwa fungsi metode pendidikan islam adalah mengarahkan keberhasilan belajar, memberikan kemudahan kepada peserta didik untuk berlajar berdasarkan minat, serta mendorong usaha kerja sama dalam kegiatan berlajar mengajar antara pendidik dengan peserta didik. Disamping itu, dalam uraian tersebut ditunjukkan bahwa fungsi metode pendidikan adalah member i inspirasi pada peserta didik melalui proses hubungan yang serasi antara pendidik dan peserta didik yang seiring dengan tujuan pendidikan islam.
Tugas utama metode pendidikan islam adalah mengadakan aplikasi prinsip-prinsip psikologis dan paedagogis sebagai kegiatan antar hubungan pendidikan yang tereasilasi melalui penyampaian keterangan dan pengetahuan agar siswa mengetahui, memahami, menghayati dan meyakini materi yang diberikan, serta meningkatkan keterampilan oleh pikiran. Selain itu, tugas utama metode tersebut adalah membuat perubahan dalam sikap dan minat serta memenuhi nilai dan norma yang berhubungan dengan pelajaran dan perubahan dalam pribadi dan bagaimana faktor-faktor tersebut diharapkan menjadi pendorong kea rah perbuatan nyata.
Dengan demikian, jelaslah bahwa metode sangat berfungsi dalam menyampaikan materi pendidikan. Karena dengan metode seorang pendidik akan lebih mudah dalam memberikan materi. Dan peserta didik akan mudah dalam memahami apa yang disampaikan oleh pendidik.

C. Prosedur Pembuatan Metode Pendidikan
Langkah-langkah yang ditempuh oleh para pendidik sebelum pembuatan metode pendidikan islam adalah memperhatikan persiapan mengajar (lesson plan) yang meliputi pemahaman terhadap tujuan pendidikan islam, penguasaan materi pelajaran, dan pemahaman terori-teori pengajaran. Disamping itu, pendidik harus memahami prinsip-prinsip mengajar serta model-modelnya dan prinsip evaluasi, sehingga pada hakikatnya pendidikaan islam berlangsung dengan cepat dan tepat.
Prosedur pembuatan metode pendidikan islam adalah dengan memperhatikan faktor- faktor yang mempengaruhinya,yang meliputi :
1.      Tujuan pendidikan islam. Faktor ini di gunakan untuk menjawab pertanyaan untuk apa pendididkan itu di laksanakan. Tujuan pendidikan mencakup tiga aspek, yaitu aspek kognitif (pembinaan akal pikiran, seperti kecerdasan, kepandaian, daya nalar), aspek afektif (pembinaan hati, seperti pengembangan rasa, kesadaran, kepekaan emosi dan kematangan spiritual) dan aspek psikologi motorik (pembinaan jasmani, seperti badan sehat, mempunyai ketrampilan)
2.      Peserta didik. Faktor ini di gunakan untuk menjawab pertanyaan untuk apa dan bagaimana metode itu mampu mengembangkan peserta didik dengan mempertimbangkan berbagai tingkat kematangan, kesanggupan, dan kemampuan yang di miliki.
3.      Situasi. Faktor ini di gunakan untuk menjawab pertanyaan bagaiman serta kondisi lingkungan yang mempengaruhinya.
4.      Fasilitas. Faktor ini di gunakan untuk menjawab pertanyaan dimana dan bilamana termasuk juga berbagai fasilitas dan kuantitasnaya.
5.      Pribadi pendidik. Faktor ini di gunakan untuk menjawab pertanyaan oleh siapa serta kompetensi dan kemampuan profesionalnya yang berbeda – beda.
Oleh karena itu, sulit di tentukan suatu kualifikasi yang jelas mengenai setiap metode yang pernah dikenal dalam pengajaran dan pendidikan.
Tidak selamanya satu metode selalu baik untuk saat yang berbeda-beda. Baik tidaknya tergantung pada beberapa faktor yang mungkin berupa situasi dan kondisi, atau persesuaian dengan selera, atau juga karena metodenya sendiri belum memenuhi syarat sebagai metode yang serbaguna, semuanya sangat ditentukan oleh pihak yang menciptakan dan melaksanakan metode juga objek yang menjadi sasarannya.

D. Asas-Asas Umum Metode Pendidikan Islam
Sesungguhnya metode pendidkan Islam memiliki asas-asas di mana ia tegak berdiri dan memperoleh unsur, tujuan, dan prinsip-prinsip. Asas-asas tersebut pada prinsipnya tidak banyak berbeda dengan asas-asas tujuan dan kurikulum pendidikan Islam. Konsep ini menggambarkan bahwa seluruh komponen yang terkait dalam proses pendidikan Islam adalah merupakan satu kesatuan yang membentuk suatu sistem. Secara umum, asas-asas metode pendidikan Islam itu menurut al-Syaibany, adalah:
1.      Asas Agama, yaitu prinsip-prinsip, asas-asas dan fakta-fakta umum yang diambil dari sumber asasi ajaran Islam, yakni al-Qur'an dan Sunnah Rasul.
2.      Asas Biologis, yaitu dasar yang mempertimbangkan kebutuhan jasmani dan tingkat perkembangan usia peserta didik.
3.      Asas Psikologis, yaitu prinsip yang lahir diatas pertimbangan kekuatan psikologis, seperti motivasi, kebutuhan, emosi, minat, sikap, keinginan, bakat dan kecakapan akal atau kapasitas intelektual.
4.      Asas Sosial, yaitu asas yang bersumber dari kehidupan sosial manusia seperti tradisi, kebutuhan-kebutuhan, harapan-harapan dan tuntutan kehidupan yang senantiasa maju dan berkembang.
Metode Pendidikan Islam harus digali, didayagunakan, dan dikembangkan dengan mengacu pada asas-asas sebagaimana yang dikemukakan diatas. Melalui aplikasi nilai-nilai Islam dalam proses penyampaian seluruh materi pendidikan Islam, diharapkan proses itu dapat diterima, difahami, dihayati, dan diyakini sehingga pada gilirannya memotivasi peserta didik untuk mengamalkannya dalam bentuk nyata.

E. Pendekatan Metode Pendidikan Islam
1. Pendekatan Tilawah
Pendekatan Ini meliputi membacakan ayat-ayat Allah yang bertujuan memandang fenomena alam sebagai tanda kekuasannya, hal ini mempunyai indikasi tafakkur (berfikir) dan tadzakkur (berdzikir) sedangkan aplikasinya adalah pembentukan kelompok ilmiah, dan kegiatan ilmiah lainnya, dengan landasan Al-Qur`an dan Al-Hadist misalnya pengkajian, penelitian dan lain sebagainya.
2. Pendekatan Tazkiyah
Pendekatan ini diartikan dengan menyucikan dirinya dengan cara amar ma’ruf nahi mungkar (tindakan proaktif dan reaktif), untuk menjaga kebersihan dirinya dari laingkungannya, jelas indikator pendekatan ini fisik, psikis dan sosial. Aplikasinya adalah dengan gerakan kebersihan, ceramah, tabligh, serta pengembangan kontrol sosial.
3.   Pendekatan Ta’lim Al-Kitab
Pendekatan ini bertujuan untuk membaca, memahami menghayati dan merenungkan Al-Qur`an dan As-Sunnah sebagai pedomannya.
4. Pendekatan Ta’lim Al-Hikmah
Indikator utama dalam pendekatan ini adalah mengadakan interprestasi dan perenungan terhadap pendekatan al-kitab.
5. Yuallimukum maa lam takuunuu ta’lamun
Pendekatan ini mungkin hanya dinikmati oleh Nabi dan Rosul saja, seperti adanya mukjijat, sedangkan manusia seperti kita hanya bisa menikmati sebagian kecil saja, indikator pendekatan ini adalah penemuan teknologi canggih yang dapat membawa manusia pada penjelajahan ruang angkasa, sedang aplikasinya adalah mengembangkan produk teknologi yang dapat membawa manusia pada penjelajahan ke angkasa, sedangkan aplikasinya mengembangkan produk teknologi yang dapat mempermudah dan membantu kehidupan manusia sehari-hari.
6. Pendekatan Islah
Pelepasan beban dan belenggu yang bertujuan memiliki kepekaan terhadap penderitaan orang lain, memiliki komitmen memihak bagi kaum yang tertindas, dan berupaya menyeimbangkan perbedaan paham. Pendekatan ini bertujuan untuk memelihara ukhuwah islamiyah dengan aplikasinya kunjungan ke keompok kaum dlu’afa, kampanye amal sholeh dan lain sebagainya.

F. Jenis-Jenis Metode Pendidikan Islam
Menurut para ahli pendidikan, metode pendidikan yang dipakai dalam dunia pendidikan sangat banyak. Hal ini tidak terlepas dari tujuan yang ingin dicapai dalam dunia pendidikan, yaitu membentuk anak didik menjadi lebih baik dari sebelumnya. Dan berikut ini akan beberapa metode pendidikan yang dikemukakan oleh para ahli, yaitu:
1. Menurut Omar Mohammad al-Toumy al-Syaibany
Dalam bukunya, Syaibany memaparkan beberapa metode pendidikan, yaitu:
a. Metode Pengambilan Kesimpulan atau Induktif.
Metode ini bertujuan untuk membimbing pelajar untuk mengetahui fakta-fakta dan hukum-hukum umum melalui jalan pengambilan kesimpulan. Metode ini mulai dengan membahas dari bagian-bagian yang kecil untuk sampai kepada undang-undang umum.
Metode ini dapat digunakan pada berbagai ilmu yang mejadi tumpuan perhatian pendidikan Islam. Misalnya, nahwu, saraf, fiqhi, hitungan, teknik, fisika, kimia dan dalam berbagai ilmu yang lain. Dan metode ini telah digunakan oleh pendidik-pendidik dan cerdik pandai Islam. Orang-orang Islamlah yang mula-mula menggunakan dan memantapkan metode ini sebelum munculnya Roger Bacon, dan sesudah itu Francis Bacon yang selalu dianggap orang sebagai pencipta metode tersebut.
b. Metode Perbandingan
Metode ini berbeda dengan metode induktif, dimana perpindahan menurut metode ini dari yang umum kepada yang khusus, dari keseluruhan kepada bagian-bagian yang kecil, dimana disebutkan prinsip umum dahulu, kemudian diberi contoh-contoh dan perincian-perincian yang menjelaskan dari prinsip-prinsip umum tersebut. Metode perbandingan dapat digunakan pada pengajaran sains dan pelajaran-pelajaran yang mengandung prinsip-prinsip, hukum-hukum, dan fakta-fakta umum yang dibawahnya termasuk bagian-bagian dan masalah cabang. Dapat juga dipakai dalam mengajarkan bahasa, baik sastra atau nahwu, sejarah, saraf dan lain-lain.
Pendidik-pendidik dan para ulama-ulama Islam sudah banyak menggunakan metode perbandingan dalam pengajaran, perbincangan dan dalam usaha membuktikan kebenaran fikiran dan kepercayaan mereka pada karya-karyanya. Terutama sesudah mereka berhubungan dengan logika Aristoteles, yang pertama kali merupakan logika perbandingan.
c. Metode Kuliah
Metode kuliah adalah metode yang menyatakan bahwa mengajar menyiapkan pelajaran dan kuliahnya, mencatatkan perkara-perkara penting yang ingin dibicarakannya. Ia memulai kuliahnya dengan mengutarakan sepintas lalu tentang perkara-perkara penting yang ingin dibicarakan. Kemudian menjelaskan dengan terperinci tentang perkara-perkara yang disimpulkannya pada permulaan kuliahnya. Pelajar-pelajar mengikuti dengan mendengar dan mencatat apa yang difahami dari kuliah itu, untuk dipelajari sekali lagi dengan cara masing-masing.
Pendidik-pendidik Islam mengenal metode ini, sebagaimana juga mereka telah mengenal dua metode sebelumnya. Mereka menggunakannya dalam pengajaran, bimbingan, dan dakwah kepada jalan Allah. Mereka telah meletakkan dasar-dasar, prinsip-prinsip dan syarat-syarat yang menjamin kejayaannya sebagai metode mengajar dakwah.
d. Metode Dialog dan Perbincangan
Metode Dialog adalah metode yang berdasarkan pada dialog, perbincangan melalui tanya jawab untuk sampai kepada fakta yang tidak dapat diragukan, dikritik dan dibantah lagi. Ahli-ahli pendidikan Islam telah mengenal metode dialog yang dianggap oleh pendidik-pendidik modern berasal dari filosof Yunani Socrates, kemudian mereka kembangkan sesuai dengan tabiat agama dan ahlaknya. Dan atas itulah didasarkan metode perdebatan yang betul-betul merupakan salah satu ciri-ciri khas pendidikan Islam.
e. Metode Lingkaran
Pada metode ini, yang terus menerus dipergunakan pada yayasan-yayasan pendidikan dalam dunia Islam semenjak bermulanya dakwah Islamiyah. Pelajar-pelajar mengelilingi guru-gurunya dalam setengah bulatan untuk mendengarkan syarahnya. Kalau guru itu duduk, ia duduk bersandar pada sebuah tiang di Mesjid menghadap kiblat. Sebagian ulama mengkhususkan tiang-tiang tertentu yang dijadikan majlisnya sepanjang hidupnya. Kalau seorang guru telah memilih tempat tertentu untuk tempat pengajarannya maka biasanya beliaulah mendapat keutamaan untuk menempati tempat tersebut
Guru-guru yang memasuki halaqah pelajaran harus telah berwudu' dan berbau harum dan dalam bentuk pakaian yang baik dan dengan khusu' kepada Allah, terutama pada pelajaran tafsir dan hadits. Guru memulai pelajaran dengan membaca Bismillah, dengan memuji kepada Allah dan mengucapkan salawat kepada Nabi SAW. Kemudian barulah dia memulai pelajarannya. Sehingga bila ia selesai ditutupnya dengan membaca al-Fatihah kemudian murid-muridnya disuruh untuk membaca pelajaran yang akan datang.
f. Metode Riwayat
Metode ini dianggap salah satu metode dasar yang digunakan oleh pendidik Islam. Hadits, bahasa dan sastera Arab termasuk ilmu-ilmu Islam, dan segi-segi pemikiran Islam yang paling banyak menggunakan metode ini. Tentang hadits Nabi, sahabat-sahabat Nabi SAW meriwayatkan apa yang didengarnya dari beliau tentang hukum-hukum petunjuk, atau pekerjaan-pekerjaan dan keadaan disaksikan dan dilaksanakan.
g .  Metode Mendengar
Metode ini dilakukan dengan cara mendengarkan sesuatu. Metode ini banyak digunakan pada abad pertama dakwah Islamiyah, karena pada saat itu tulisan dan pembacaan belum tersebar luas dimasyarakat. Dan juga karena para ahli pada abad itu tidak senang menulis apa yang diriwayatkannya sebab kawatir kalau tulisan itu akan serupa dengan al-Qur’an.
h. Metode Membaca
Metode ini merupakan alat yang digunakan dalam mengajarkan dan meriwayatkan karya ilmiah yang biasanya bukan karya guru sendiri. Menurut metode ini murid membacakan apa yang dihafalnya kepada gurunya atau orang lain membacanya sedang dia mendengar.
Metode ini tersebar setelah pintu ijtihad didunia Islam telah tertutup, dan pengajaran terbatas hanya pada mengikuti buku-buku tertentu yang berkisar dari situ ke situ saja, tidak boleh melampuinya. Segala usaha hanya tertumpu pada membaca, manghafal dan mengulang-ulang kata-kata orang dahulu.
i. Metode Imla’
Metode Imla’ adalah metode mencatat apa yang didengarnya. Misalnya seorang guru membacakan sebuah naskah kemudian murid-muridnya mencatat setiap kata yang didengarnya. Metode ini pernah digunakan pada saat memberikan imla’ dalam hadits seperti yang dilakukan oleh Al-Sayuti pada tahun 873 H. dan metode ini juga digunakan pada pelajaran bahasa Arab.
j. Metode Hafalan
Metode hafalan adalah salah satu metode yang terpusat pada hafalan. Ulama-ulama terdahulu banyak yang menggunakan metode ini untuk mengahafal al-Qur’an dan al-Hadits. Karena pada saat itu sedikit sekali yang mengerti tentang tulis menulis. Metode hafalan ini masih digunakan sampai sekarang, karena terbukti bisa meningkatkan pemikiran.
k. Metode Pemahaman
Metode pemahaman adalah memahami suatu wacana yang sedang dikaji. Metode ini sangat penting dalam pendidikan Islam, karena dengan memahami sebuah tulisan kita bisa mengerti maksud dibalik tulisan itu. Banyak dari kalangan kita yang hanya membaca sebuah buku tetapi sulit untuk memahaminya. Karena metode ini memerlukan pemikiran yang lebih dibandingkan dengan metode yang lainnya.
l. Metode Lawatan Untuk Menuntut Ilmu
Metode lawatan adalah berkunjung kesuatu tempat untuk mencari ilmu atau biasa disebut dengan Studi Banding. Pada saat ini studi banding banyak dipraktekkan dalam lingkungan pendidikan dari TK, SD, SMP, SMA, Perguruan Tinggi, bahkan instansi pemerintah maupun swasta. Hal ini didasarkan pada manfaat yang diperoleh dari metode ini. Dengan metode ini kita akan mempunyai banyak teman, mendapat ilmu, dan memperoleh pengalaman yang sebelumnya tidak kita dapatkan ditempat kita belajar. Para ulama kita pada zaman dahulu banyak yang menggunakan metode ini untuk mencari ilmu, menyebar luaskan Islam.
2. Menurut Abdurrahman Saleh Abdullah
Abdurrahman mengemukakan beberapa metode pendidikan, yaitu:
a.       Metode ceramah, yaitu suatu metode yang dilakukan dengan cara penyampaian pengertian-pengertian bahan pembelajaran kepada pelajar dengan jalan penerangan atau penuturan secara lisan. Tujuan yang hendak dicapai dari metode ini adalah untuk memberikan dorongan psikologis kepada peserta didik.
b.      Metode Diskusi, yaitu suatu sistem pembelajaran yang dilakukan dengan cara berdiskusi. Dalam metode ini pertanyaan yang diajukan mengandung suatu masalah dan tidak bisa diselesaikan hanya dengan satu jawaban saja. Jawaban yang terdiri dari berbagai kemungkinan, memerlukan pemikiran yang saling menunjang dari peserta diskusi, untuk sampai pada jawaban akhir yang disetujui sebagai jawaban yang paling benar atau terbaik.
c.       Metode Tanya jawab dan dialog, yaitu penyampaian pembelajaran dengan guru mengajukan pertanyaan dan pelajar atau siswa menjawabnya atau berdialog dengan cara saling bertukar fikiran. Metode ini secara murni tidak diawali dengan ceramah, tetapi murid sebelumnya sudah diberi tugas, membaca materi pelajaran tertentu dari sebuah buku.
Teknik ini akan membawa kepada penarikan deduksi. Dalam pendidikan, deduksi merupakan suatu metode pemikiran logis yang sangat bermanfaat. Formulasi dari suatu metode umum diluar fakta ternyata lebih berguna sebab peserta didik akan dapat membandingkan dan menyusun konsep-konsep.
d.      Metode perumpamaan atau Metafora. Penjelasan konsep-konsep abstrak dengan makna-makna kongkrit memberi gambaran yang jelas bagi peserta didik. Perumpamaan disini adalah perumpamaan yang terdapat dalam al-Qur'an. Seperti yang terdapat dalam Surat Ankabut ayat 41, yang artinya: perumpamaan-perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah, padahal sesungguhnya rumah yang paling lemah ialah rumah laba-laba kalau mereka mengetahui (Ankabut 41)
e.       Metode hukuman, yaitu metode yang dilakukan dengan memberikan hukuman kepada peserta didik. Hukuman merupakan metode paling buruk dari metode yang lainnya, tetapi dalam kondisi tertentu harus digunakan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam metode ini adalah: hukuman adalah metode kuratif artinya tujuan hukuman untuk memperbaiki peserta didik dan bukan untuk balas dendam, hukuman baru digunakan apabila metode yang lainnya tidak berhasil, sebelum dijatuhi hukuman peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk memperbaiki dirinya, hukuman yang dijatuhkan kepada peserta didik, hendaknya dapat dimengerti oleh peserta didik, sehingga ia sadar akan kesalahannya.

3. Menurut Abd al-Rahman al-Nahlawi
    Al-Nahwali mengemukakan metode pendidikan yang berdasarkan Metode Qur’an dan Hadits yang dapat menyentuh perasaan yaitu:
a.       Metode Hiwar (percakapan) Qur’ani dan Nabawi, adalah percakapan silih berganti antara dua pihak atau lebih mengenai suatu topik, dan sengaja diarahkan kepada suatu tujuan yang dikehendaki oleh pendidik.

Jenis-jenis hiwar ini ada 5 macam, yaitu: (1) Hiwar Khitabi, merupakan dialog yang diambil dari dialog antara Tuhan dengan hamba-Nya. (2) Hiwar Washfi, yaitu dialog antara Tuhan dengan malaikat atau dengan makhluk gaib lainnya. Seperti dalam surat Ash-Shaffat ayat 27-28 Allah SWT berdialog dengan malaikat tentang orang-orang zalim. (3) Hiwar Qishashi terdapat dalam al-Qur'an, yang baik bentuk maupun rangkaian ceritanya sangat jelas, merupakan bagian dari Uslub kisah dalam Al-Qur'an. Seperti Syuaib dan kaumnya yang terdapat dalam Surat Hud ayat 84-85. (4) Hiwar Jadali adalah hiwar yang bertujuan untuk memantapkan hujjah atau alasan baik dalam rangka menegakkan kebenaran maupun menolak kebatilan. Contohnya dalam al-Qur'an terdapat dalam Surat An-Najm ayat 1-5. (5) Hiwar Nabawi adalah hiwar yang digunakan oleh Nabi dalam mendidik sahabat-sahabatnya.
b.      Metode Kisah Qur’ani dan Nabawi, adalah penyajian bahan pembelajaran yang menampilkan cerita-cerita yang terdapat dalam al-Qur’an dan Hadits Nabi SAW. Kisah Qur'ani bukan semata-mata karya seni yang indah, tetapi juga suatu cara mendidik umat agar beriman kepada-Nya, dan dalam pendidikan Islam, Kisah sebagai metode pendidikan yang sangat penting, karena dapat menyentuh hati manusia.
c.       Metode Amtsal (perumpamaan) Qur’ani, adalah penyajian bahan pembelajaran dengan mengangkat perumpamaan yang ada dalam al-Qur’an. Metode ini mempermudah peserta didik dalam memahami konsep yang abstrak, ini terjadi karena perumpamaan itu mengambil benda konkrit seperti kelemahan Tuhan orang kafir yang diumpamakan dengan sarang laba-laba, dimana sarang laba-laba itu memang lemah sekali disentuh dengan lidipun dapat rusak. Metode ini sama seperti yang disampaikan oleh Abdurrahman Saleh Abdullah.
d.      Metode keteladanan, adalah memberikan teladan atau contoh yang baik kepada peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Metode ini merupakan pedoman untuk bertindak dalam merealisasikan tujuan pendidik. Pelajar cenderung meneladani pendidiknya, ini dilakukan oleh semua ahli pendidikan, baik di barat maupun di timur. Dasarnya karena secara psikologis pelajar memang senang meniru, tidak saja yang baik, tetapi yang tidak baik juga ditiru.
e.       Metode Pembiasaan, adalah membiasakan seorang peserta didik untuk melakukan sesuatu sejak dia lahir. Inti dari pembiasaan ini adalah pengulangan, jadi sesuatu yang dilakukan peserta didik hari ini akan diulang keesokan harinya dan begitu seterusnya.
f.       Metode Ibrah dan Mau’izah. Metode Ibrah adalah penyajian bahan pembelajaran yang bertujuan melatih daya nalar pelajar dalam menangkap makna terselubung dari suatu pernyataan atau suatu kondisi psikis yang menyampaikan manusia kepada intisari sesuatu yang disaksikan, yang dihadapi dengan menggunakan nalar. Sedangkan metode Mau’izah adalah pemberian motivasi dengan menggunakan keuntungan dan kerugian dalam melakukan perbuatan
g.      Metode Targhib dan Tarhib. Metode Targhib adalah penyajian pembelajaran dalam konteks kebahagian hidup akhirat. Targhib berarti janji Allah terhadap kesenangan, kenikmatan akhirat yang disertai bujukan. Tarhib adalah penyajian bahan pembelajaran dalam konteks hukuman akibat perbuatan dosa yang dilakukan. Atau ancaman Allah karena dosa yang dilakukan.

Demikianlah beberapa hal yang dapat kami paparkan dalam makalah ini. Semoga dengan hadirnya makalah ini bisa membuka wacana berfikir kita dalam mengembangkan pendidikan kearah yang lebih baik dimasa depan.


PENUTUP

A. Kesimpulan
1.      Pengertian Metode Pendidikan Islam
Kita dapat menyimpulkan tentang pengertian Metode Pendidikan. Seperti yang dikemukakan oleh al-Syaibaniy yaitu, segala segi kegiatan yang terarah yang dikerjakan oleh guru dalam rangka kemestian-kemestian mata pelajaran yang diajarkannya, ciri-ciri perkembangan peserta didiknya, dan suasana alam sekitarnya dan tujuan membimbing peserta didik untuk mencapai proses belajar yang diinginkan dan perubahan yang dikehendaki pada tingkah laku mereka.
2.      Tujuan, Tugas Dan Fungsi Metode Pendidikan Islam
Tujuan diadakan metode adalah menjadikan proses dan hasil belajar mengajar ajaran islam lebih berdaya guna dan  berhasil guna dan menimbulkan kesadaran peserta didik untuk mengamalkan ketentuan ajaran islam melalui teknik motivasi yang menimbulkan gairah belajar peserta didik secara mantap. Uraian itu menunjukkan bahwa fungsi metode pendidikan islam adalah mengarahkan keberhasilan belajar, memberikan kemudahan kepada peserta didik untuk berlajar berdasarkan minat, serta mendorong usaha kerja sama dalam kegiatan berlajar mengajar antara pendidik dengan peserta didik. Disamping itu, dalam uraian tersebut ditunjukkan bahwa fungsi metode pendidikan adalah memberi inspirasi pada peserta didik melalui proses hubungan yang serasi antara pendidik dan peserta didik yang seiring dengan tujuan pendidikan islam.
Tugas utama metode pendidikan islam adalah mengadakan aplikasi prinsip-prinsip psikologis dan paedagogis sebagai kegiatan antar hubungan pendidikan yang tereasilasi melalui penyampaian keterangan dan pengetahuan agar siswa mengetahui, memahami, menghayati dan meyakini materi yang diberikan, serta meningkatkan keterampilan oleh pikiran
3.      Prosedur Pembuatan Kurikulum Pendidikan Islam
Prosedur pembuatan metode pendidikan islam adalah dengan memperhatikan faktor- faktor yang mempengaruhinya,yang meliputi : Tujuan pendidikan islam, Peserta didik, Situasi,Fasilitas, Pribadi pendidik.
4.      Asas-Asas Pelaksanaan Metode Pendidikan Islam
Konsep ini menggambarkan bahwa seluruh komponen yang terkait dalam proses pendidikan Islam adalah merupakan satu kesatuan yang membentuk suatu sistem. Asas-asas metode pendidikan Islam itu menurut al-Syaibany, adalah: Asas Agama, Biologis, Psikologis, Sosial.
Ditinjau dari pelaksanaannya, asas-asas pendidikan Islam dapat diformulasikan kepada: Asas Motivasi, Aktivitas, Apersepsi, Peragaan, Ulangan, Korelasi, Konsentrasi, Individualisasi, Sosialisasi, Evaluasi, Kebebasan, Lingkungan, Globalisasi, Pusat-pusat Minat, Ketauladanan, Kebiasaan.
5.      Pendekatan Metode Pendidikan Islam
Pendekatan adalah konsep dasar yang mewadahi,menginsipi rasi, menguatkan, dan melatari metode pendidikan dengan cakupan teoritis tertentu. Pendekatan itu antara lain : Pendekatan Tilawah, Pendekatan Tazkiyah, Pendekatan Ta’lim Al-Kitab, Pendekatan Ta’lim Al-Hikmah, Yuallimukum maa lam takuunuu ta’lamun, Pendekatan Islah
6.      Bentuk Metode Dan Teknik Pendidikan Islam
Secara gradual, Metode pembelajaran adalah prosedur, urutan,langkah- langkah, dan cara yang digunakan guru dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Dapat dikatakan bahwa metode pembelajaran merupakan jabaran dari pendekatan. Satu pendekatan dapat dijabarkan ke dalam berbagai metode pembelajaran. Dapat pula dikatakan bahwa metode adalah prosedur pembelajaran yang difokuskan ke pencapaian tujuan. Dari metode, teknik pembelajaran diturunkan secara aplikatif, nyata, dan praktis di kelas saat pembelajaran berlangsung.

B. Saran
      Metode dalam pendidikan Islam adalah salah satu dari beberapa komponen pendidikan islam yang ada, jadi sangatlah layak bagi seorang pendidik mampu menguasai dan menerapkan metode yang tepat bagi peseta didik dan diri pendidik sendiri, selamat dan sukses.









Daftar Pustaka

Al-Syaibany, Omar Mohammad Al-Thoumy, Falsafah Pendidikan Islam, Terjemahan Hasan Lalunggung, Jakarta:Bulan Bintang, 1979
Arifin, H. M, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bina Aksara, 1987
Barnadib, Imam, Filsafat Pendidikan, Sistem dan Metode, Yogyakarta: Yayasan Penerbitan IKIP Yogyakarta, cet. Ke-6, 1990
Jalaluddin dan Usman Said, Filsafat Pendidikan Islam, Konsep dan Perkembangan pemikirannya, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1994
Nata, H. Abudin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997
Noor Syam, Mohammad, Falsafah Pendidikan Pancasila, Surabaya: Usaha Nasional, 1986
Nizar, H. Samsul, Filsafat Pendidikan Islam, Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis, Jakarta: Ciputat Pers, 2002
Nawawi, H. Hadari, Pendidikan Dalam Islam, Surabaya: Al-Iklas, 1993
Mulkhan, Abdul Munir, Paradigma Intelektual, Yogyakarta: SI Pers, 1993
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2002
Tadjab, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Malang: Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel, 1984
Zuhairini, Dkk, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara kerkasama dengan Depag, 1992.